Fadhil Ashari On Sabtu, 14 Mei 2011

KEKAYAAN ALAM INDONESIA

  • Sinopsis

Mobil yang melaju dengan tenang di jalan yang beraspal dikendalikan oleh seorang supir yang bernama pak somad . mobilnya tergolong keluaran lama , namun berkat ketelatenannya dalam merawat mobil tersebut , diapun dapat memakai mobil itu sampai saat ini . disampingnya duduk seorang anak kelas 6 SD bernama Heri . Tujuannya ialah pergi ke rumah uwaknya karena kebetulan Heri sedang libur . Pak Somad banyak berbincang-bincang dengan Heri tentang kekayaan alam Indonesia. Sesampainya di rumah uwaknya Heri mengucapkan terima kasih kepada pak somad karena telah mengantarnya. Heri pun masuk ke dalam rumah uwaknya. Uwaknya pun langsung memeluk Heri . Heri pun langsung disuruh uwaknya beristirahat di kamar Zulkarnain. Zulkarnain adalah sepupu Heri yang duduk di kelas 5 dan dia anak tunggal . Walaupun anak tunggal tetapi bapaknya tidak memanjakan Zulkarnain dan ia juga hormat kepada orang tuanya.
Malamnya , Heri dan Zulkarnain banyak bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing. Mereka banyak membahas tentang barang tambang serta kegunaan dari barang tambang tersebut. Karena sudah larut malam , akhirnya merekapun tidur .
Pagi itu , Zulkarnain mengajak Heri mandi dipancuran yang ada di belakang rumahnya . airnya sangat jernih dan dingin membuat badan terasa segar. Zulkarnain pun mengajak Heri untuk berjalan-jalan ke ujung desa untuk melihat – lihat keadaan keadaan desa . merekapun pergi dengan menggunakan sepeda. Di tengah jalan , seorang anak menegur Zulkarnain yang tak lain adalah Mulyadi . Mulyadi adalah kawan akrab Zulkarnain . mereka sama-sama duduk di kelas 5 . orang tua Mulyadi bekerja di kebun Pak Umar , bapak dari Zulkarnain . Mulyadipun berkenalan dengan Heri dan ikut melihat desa dengan menggunakan sepeda. Di jalan , Heri sangat kagum dengan pemandangan sekitar . Dia juga banyak bertanya tentang hal-hal yang menarik yang belum pernah dia lihat di kota.
Selesai berkeliling , Zulkarnain mengajak Heri dan Mulyadi untuk pulang melihat hari sudah mulai malam. Zulkarnain dan Heri berhenti di pagar rumah , sedangkan Mulyadi meneruskan perjalanannya menuju rumah.
Malam itu setelah selesai makan , Zulkarnain menyampaikan kepada orang tuanya tentang rencana pergi ke sawah esok hari. Pak Haji Umar dan istrinya mengabulkan permintaan anaknya karena mereka memaklumi bahwa anaknya ingin memberikan pelayanan terbaik untuk Heri.
Malamnya mereka tidur lebih awal dari malam sebelumnya . Selain karena perasaan lelah bersepeda siang tadi , juga ingin agar hari cepat menjelang siang .
Pagi-pagi sekali mereka bangun dan langsung mandi di pancuran. Setelah mandi mereka pun naik ke atas untuk sarapan pagi . Setelah sarapan , Zulkarnain pamit kepada ibunya sambil membawa bekal yang sudah disiapkan oleh ibunya . Perjalanan ke sawah mereka lakukan dengan berjalan kakikarena jalan ke sawah sangat sulit dilalui sepeda. Sesekali Heri terjatuh , ia tidak terbiasa dengan jalanan yang ada . Zulkarnain dan Mulyadi hanya tertawa melihat Heri jatuh.
Sesampainya di sawah milik Pak Umar , merekapun mencari tempat yang agak teduh . mereka duduk di pondok yang berada di sawah itu. Hanya hamparan padi yang terlihat sejauh mata memandang. Heri sangat kagum melihat pemandangan sekitar . diapun berpikir bahwa betapa kaya tanah pertanian kita. Sambil bercerita , Mulyadi mengambil beberapa batang tebu untuk dimakan bersama . Tebunya sangat manis. Membuat Heri masih ingin memakannya . setelah makan tebu , merekapun kembali bercerita tentang daerah-daerah yang menghasilkan tebu.
Tak terasa , matahari tepat berada di atas mereka . perut pun mulai kerongcongan minta diisi. Zulkarnain membuka bungkusan yang telah disiapkan ibunya. Mereka kemudian makan bersama . hembusan angin yang bertiup menambah selera makan mereka. Heri yang baru pertama kali makan di tempat yang terbuka seperti ini menjadi lahap makannya. Setelah makan siang , Zulkarnain mengajak Heri dan Mulyadi untuk pergi ke kebun.
Jalan ke kebun kelapa sawit cukup sulit. Dengan melalui pematang sawah , mereka menuju arah utara. Banyaknya tanaman di pematang membuat perjalanan terhambat. Sudah menjadi kebiasaan warga untuk menanam tanaman diatas pematang .
Sesampainya di kebun , merekapun melihat-lihat kebun kelapa sawit milik Pak Umar . Heri kagum dengan apa yang dia lihat. Setelah cukup lama melihat-lihat , akhirnya merekapun pulang ke rumah masing-masing karena hari sudah mulai malam.
Sesampainya di rumah , Zulkarnain menceritakan perjalanan mereka seharian tadi . Pak Haji Umar dan istrinya yang mendengarkan cerita anaknya sesekali tampak tersenyum. Setelah puas menonton televisi , Heri dan Zulkarnain pun masuk ke kamar dan tidur.
Hari minggu , Heri dan Zulkarnain tampak sedang membersihkan sepeda . Mereka bersiap untuk pergi ke Tanjung Laut . Tanjung Laut adalah nama desa yang berada di sebelah barat desa Zulkarnain. Di bagian timur desa terdapat tanjung yang pemandangannya sangat indah. Zulkarnain pun berpamitan kepada ibunya.
Mereka pun pergi dengan menggunakan sepeda. Di perjalanan , Heri kembali melihat pemandangan sawah yang menguning. Sungai yang dikiri kanannya bagaikan seekor ular di tengah lumbung padi.
Setelah cukup lama berjalan , akhirnya mereka sampai di jalan umum menuju ke Tanjung Laut. Tak lama kemudian , mereka sampai di pintu gerbang rekreasi. Mereka kembali mengayuh sepeda menujuke tempat yang banyak dikunjungi orang. Setelah sampai di tempat yang ramai pengunjung, mereka bergabung dengan pengunjung lain . Heri merasa tidak percaya dengan apa yang terpampang di depannya. Suatu pemandangan yang belum tersentuh tangan- tangan jahil tampak di depannya.
Mereka kemudian menuju ke tempat penyewaan perahu. Perahu adalah satu-satunya sarana yang disediakan untuk menikmati dari dekat pemandangan alam di seberang tempat pengunjung berkumpul.
Mereka mendayung perahunya ke arah seberang . Setelah dekat barulah Heri dapat mengetahui bahwa daerah ini adalah daerah perkebunan karet.
Tanpa terasa mereka telah jauh dari tempat penyewaan perahu . Zulkarnain kini mengarahkan perahu ke pangkalan untuk kembali ke darat.
Hari menjelang siang, banyak pengunjung yang telah menghabiskan bekalnya. Begitu juga Heri dan Zulkarnain mulai membuka bekalnya karena perut mereka sudah kerongcongan. Setelah selesai makan , Heri dan Zulkarnain bercakap-cakap di bawah pohon. Mereka menunggu pertunjukkan panggung hiburan yang akan diadakan sore itu . tak lama kemudian sayup-sayup terdengar alunan musik. Heri dan Zulkarnain mengemasi barang-barang mereka. Kemudian mereka pergi ke tempat panggung hiburan.
Hari telah senja , matahari bersinar dengan lembut. Pengunjung di Tanjung Baru belum ada yang meninggalkan lokasi. Mereka masih asyik menikmati hiburan. Sebenarnya Heri merasa enggan untuk segera pulang , tetapi karena perjalanan pulang cukup jauh, ia mengajak Zulkarnain untuk meninggalkan tempat itu. Mereka kemudian mengambil sepeda dan mulai mengayuh untuk pulang kerumah. Setelah sampai di rumah mereka kemudian beristirahat . setelah beristirahat, mereka berkumpul di tengah rumah untuk menonton acara televisi. Setelah bosan menonton , Heri dan Zulkarnain masuk ke dalam kamar dan tidur.
Pagi itu Heri sibuk mengemasi barang-barangnya. Koper telah penuh berisi pakaian. Sebelum turun dari rumah, Heri memberi salam terlebih dahulu kepada uwaknya. Dengan perasaan berat , Heri melangkah keluar rumah. Kedua uwaknya dan Zulkarnain mengiringi dari belakang .kernet pak Somad yang telah lama menunggu segera menaikkan koper Heri Ke mobil, Kemudian Heri menyusul naik.
Perlahan-lahan mobil pak Somad meninggalkan halaman rumah pak Haji Umar . Heri melambaikan tangan dari mobil dan dibalas lambaian oleh mereka yang ditinggalkan. Semakin lama mobil itu semakin jauh meninggalkan Pak Haji Umar sekeluarga dan akhirnya hilang dari pandangan mata.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Pages

Category

Archive

Popular Posts

Categories

Followers

Catwidget1